JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Fraksi Nasdem DPRD DKI Jakarta Wibi Andrino meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) meniru negara lain dalam mengatasi persoalan buruknya kualitas udara di Ibu Kota yang terjadi beberapa waktu terakhir. Menurut Wibi, salah satu langkah yang bisa dilakukan Pemprov DKI yakni segera merealisasikan peralihan kendaraan jenis BBM menjadi listrik. “Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa kota di dunia telah mengambil langkah-langkah drastis dengan membatasi kendaraan bermotor, memperkuat transportasi publik, dan mendorong penggunaan energi terbarukan,” kata Wibi dalam keterangannya, Senin. Wibi mengemukakan, sampai saat ini ia belum melihat upaya konkret yang dilakukan Pemprov untuk mengatasi polusi udara.
Karena itu dia meminta Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meniru solusi pemerintah Bangkok yang menerapkan kerja dari rumah. “Misalnya di Bangkok, saat kualitas udara telah mencapai ambang batas bahaya maka pemerintah kota dengan sigap meliburkan sekolah dan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (WFH),” kata Wibi. Untuk diketahui, berdasarkan data dari IQAir, indeks kualitas udara di Jakarta hampir tak pernah kurang dari 150 sejak Jumat (19/5/2023). “Pemda DKI berbenah menambah RTH kita semua menanam pohon sisi lain kurangi emisi dengan uji emisi kendaraan,” ujar Heru kepada wartawan, Kamis (8/6/2023).
Selain memperbanyak RTH, Pemprov DKI Jakarta berupaya melakukan peralihan jenis kendaraan dari menggunakan bahan bakar minyak ke listrik, tidak terkecuali Transjakarta. “Transjakarta berbenah gunakan bus listrik pokoknya semua masyarakat sama-sama membantu,” ucap Heru. “Itu jangka panjang ya tetapi dinas lingkungan hidup kan selalu bikin program tes uji emisi ya semuanya harus sama-sama turunkan emisi,” sambung Heru. Buruknya kualitas udara telah berdampak pada kesehatan anak-anak. Wilsa Situmorang menjadi salah satu orangtua yang merasakan langsung dampak buruknya kualitas udara ini.
Putrinya yang baru berusia 14 bulan terkena penyakit batuk dan pilek, bahkan mengalami gejala sesak napas. “Sakitnya itu dari hari Senin pekan lalu,” kata Wilsa kepada Kompas.com, Senin (5/6/2023). Yuni, seorang warga Kota Bekasi, mengeluhkan hal serupa. Kedua cucunya mengalami batuk pilek dan tak kunjung sembuh dalam sebulan terakhir. “Makanya orangtuanya juga, termasuk saya, neneknya, menyarankan mereka banyak minum, tapi bukan minum es. Karena ketika banyak minum itu, lumayan berkurang sakitnya,” kata Yuni. Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace, Bondan Andriyanu, mengatakan perlu langkah mendesak untuk menghadapi semakin memburuknya kualitas udara Jakarta.
Menurut Bondan, salah satu upayanya harus ada peringatan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta demi melindungi kelompok sensitif agar tidak terpapar polusi lebih parah. “Yang disayangkan sampai saat ini tidak ada upaya Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengumumkan itu secara masif agar publik menerima pesan itu secara luas,” ucap Bondan kepada Kompas.com, Selasa (6/6/2023). Bondan mencontohkan, peringatan itu bisa disampaikan saat data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dari Dinas Lingkungah Hidup (DLH) menuju tidak sehat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Kualitas Udara di Jakarta Buruk, Pemprov DKI Diminta Tiru Penanganan Negara Lain”, Klik untuk baca: https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/12/18301201/kualitas-udara-di-jakarta-buruk-pemprov-dki-diminta-tiru-penanganan?page=all.
Penulis : Muhammad Isa Bustomi
Editor : Irfan Maullana